Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Serangan Pasukan Israel Terhadap Markas UNIFIL di Lebanon: Dua Prajurit Indonesia Terluka

Jumat, 11 Oktober 2024 | Oktober 11, 2024 WIB Last Updated 2024-10-11T14:55:35Z

 

Doc.sjpnewsflash/UNFIL/ceo/Fauzan

Jakarta, sjpnewsflash.com – Situasi di perbatasan Lebanon-Israel semakin memanas setelah laporan terbaru menyebutkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menembaki markas pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon), di Lebanon selatan. Insiden ini terjadi pada Kamis malam, waktu setempat, dan mengakibatkan dua tentara asal Indonesia yang tergabung dalam Kontingen Garuda Force Headquarter Support Unit (FHQSU) mengalami luka-luka.


Serangan ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk dari Pemerintah Indonesia. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dengan tegas mengecam tindakan tersebut. “Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan IDF di Lebanon Selatan yang melukai dua personel pasukan penjaga perdamaian PBB asal Indonesia,” ujar Retno, dalam pernyataannya pada Jumat (11/10/2024).


Kondisi Dua Tentara Indonesia


Kedua tentara Indonesia yang terluka diketahui mengalami cedera ringan ketika sedang bertugas memantau kondisi keamanan di sebuah menara pengawas yang terletak di markas kontingen Indonesia di Naqoura, Lebanon Selatan. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.


Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional. “Serangan apa pun terhadap peacekeepers adalah pelanggaran berat hukum humaniter internasional, serta resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang menjadi dasar mandat UNIFIL,” jelasnya. Retno juga mendesak Israel agar menghormati pasukan UNIFIL dan properti PBB, serta memastikan keselamatan personel yang bertugas di lapangan.


Selain itu, Indonesia juga menyerukan agar segera dilakukan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden ini dan meminta pertanggungjawaban dari pihak yang terlibat dalam serangan. Pemerintah Indonesia menekankan bahwa keamanan dan perlindungan bagi pasukan penjaga perdamaian PBB adalah prioritas yang tidak dapat diabaikan.


Reaksi UNIFIL dan Kekhawatiran Internasional


UNIFIL, melalui juru bicaranya Andrea Tenenti, menyatakan bahwa serangan dari Israel terhadap markas pasukan penjaga perdamaian telah menimbulkan kerugian signifikan. Selain melukai dua anggota UNIFIL yang sedang bertugas, serangan ini juga berdampak pada kemampuan pemantauan mereka di wilayah tersebut. “Ini mungkin salah satu insiden paling serius yang kita saksikan dalam 12 bulan terakhir,” ujar Tenenti.


Insiden ini menambah ketegangan antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah yang berbasis di Lebanon Selatan. Dalam beberapa bulan terakhir, daerah perbatasan tersebut menjadi titik panas konflik, dengan baku tembak yang kerap terjadi antara kedua belah pihak.


Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Israel, juga menyatakan keprihatinan yang mendalam atas insiden ini. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengungkapkan bahwa pihaknya sangat prihatin dengan laporan bahwa Israel telah menargetkan markas UNIFIL di Lebanon. "Kami memahami bahwa Israel sedang melakukan operasi terarah di dekat Garis Biru untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah yang dapat mengancam warga Israel,” jelasnya. Garis Biru sendiri adalah garis demarkasi yang ditetapkan oleh PBB untuk memisahkan wilayah Israel dan Lebanon pasca-konflik tahun 2000.


Namun, juru bicara tersebut menekankan pentingnya bagi Israel untuk memastikan keselamatan pasukan penjaga perdamaian selama melakukan operasi militer. “Sangat penting bahwa operasi ini tidak mengancam keselamatan dan keamanan pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah tersebut,” tambahnya.


Israel dan UNIFIL di Lebanon


Israel telah mengkonfirmasi bahwa pasukannya memang sedang beroperasi di dekat markas UNIFIL di Naqoura pada hari Kamis. Menurut pihak militer Israel, pasukan UNIFIL di area tersebut telah diinstruksikan untuk tetap berada di tempat yang terlindungi sebelum akhirnya tembakan dilepaskan. Namun, tidak dijelaskan secara rinci alasan di balik keputusan untuk menembaki markas tersebut.


UNIFIL, yang pertama kali dibentuk pada tahun 1978, memiliki mandat untuk membantu tentara Lebanon menjaga wilayah selatan negara itu tetap bebas dari senjata dan personel bersenjata selain milik negara. Mandat ini terus diperbarui oleh Dewan Keamanan PBB, terutama setelah konflik antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006. Salah satu tugas utama UNIFIL adalah menjaga perdamaian dan keamanan di wilayah perbatasan, serta memastikan bahwa tidak ada pelanggaran terhadap garis demarkasi yang telah disepakati.


Namun, peran UNIFIL sering kali menjadi tantangan, terutama karena Hizbullah yang secara efektif mengendalikan sebagian besar wilayah di Lebanon Selatan. Hizbullah adalah kelompok bersenjata yang kuat dan memiliki hubungan erat dengan Iran, sehingga membuat wilayah ini menjadi sangat sensitif dan rawan konflik dengan Israel.


Dampak dan Prospek Perdamaian di Lebanon Selatan


Insiden penembakan terhadap markas UNIFIL ini bisa memicu eskalasi lebih lanjut di wilayah perbatasan Lebanon-Israel. Sejak berakhirnya perang pada tahun 2006, ketegangan di perbatasan ini memang terus berlanjut, dengan kedua pihak saling melakukan serangan sporadis. Israel kerap kali menuduh Hizbullah membangun infrastruktur militer di Lebanon Selatan dan menggunakan wilayah tersebut sebagai basis untuk meluncurkan serangan ke Israel.


Di sisi lain, Hizbullah menuduh Israel melakukan pelanggaran terhadap wilayah udara dan darat Lebanon secara rutin. Dalam beberapa tahun terakhir, UNIFIL telah berulang kali memperingatkan kedua pihak untuk menahan diri dan mencegah terjadinya eskalasi lebih lanjut.


Bagi Indonesia, partisipasi dalam misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon adalah bagian dari komitmen untuk mendukung perdamaian dunia. Sejak pertama kali mengirimkan kontingennya pada tahun 2006, Indonesia telah menjadi salah satu kontributor utama pasukan UNIFIL, dengan ratusan personel TNI yang ditugaskan di wilayah tersebut.


Serangan terbaru ini menjadi pengingat akan bahaya yang terus mengintai para penjaga perdamaian PBB di wilayah konflik. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri dan Komando Pasukan Garuda, diharapkan terus berkoordinasi dengan PBB dan pihak-pihak terkait untuk memastikan bahwa insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.


Kesimpulan


Penembakan terhadap markas UNIFIL oleh Pasukan Pertahanan Israel di Lebanon Selatan telah menimbulkan kecaman dari berbagai pihak, termasuk Indonesia. Dua tentara Indonesia yang tergabung dalam Kontingen Garuda terluka dalam insiden ini, yang sekali lagi menyoroti betapa rapuhnya situasi di perbatasan Lebanon-Israel. Dengan meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut, komunitas internasional, termasuk Indonesia, terus mendesak agar semua pihak menahan diri dan menghormati mandat UNIFIL dalam menjaga perdamaian di wilayah yang rentan konflik ini.



×
Berita Terbaru Update